Friday, February 10, 2012

Strategi dan Inovasi Antisipasi Perubahan Iklim

Teknologi Irigasi
1) Sumur Renteng
Sumur renteng merupakan teknologi irigasi yang cocok dikembangkan pada daerah dengan tanah yang memiliki tekstur berpasir. Tanah-tanah seperti ini memiliki kemampuan meloloskan air yang sangat tinggi sehingga tidak mampu menyimpan air dalam waktu lama. Prinsip sumur renteng adalah menampung air untuk irigasi dalam sebuah bak penampungan berbentuk silinder yang terhubung dengan bak penampungan lainnya melalui pipa kapiler.
Keunggulan sistem irigasi sumur renteng adalah : 
  • Efisien karena irigasi cukup diberikan pada bak penampungan utama.
  • Risiko kehilangan air selama pendistribusian dapat diminimalisasi karena irigasi dari bak penampungan dapat menjangkau zona perakaran tanaman secara langsunq.

2) Irigasi Kapiler
Irigasi kapiler cocok dkembangkan di daer ah yang memiliki topografi terjal dan memiliki sumber air relatif terbatas. Prinsip dasar  dari irigasi kapiler adalah memanfaatkan air dari sumber mata air atau sungai yang disalurkan menuju bak penampungan secara gravitasi menggunakan pipa PVC. Dari bak penampungan, air yang tersedia didistribusikan menggunakan selang plastik kapiler.

3) Irigasi Tetes (Drip Irigation)
Kegunaan irigasi tetes adalah untuk memanfaatkan ketersediaan air yang sangat terbatas secara efisien yang sesuai diterapkan pada lahan kering beriklim kering dengan topografi relatif landai. Prinsip pendistribusian air pada sistem ir igasi tetes adalah dengan menyalurkan air dari tangki penampungan yang ditempatkan pada posisi lebi h tinggi dari lahan usaha tani melalui selang irigasi. Kebutuhan air tanaman dipasok dari tangki penampungan melalui selang irigasi yang didesain secara khusus, sehingga air dapat diberikan dengan debit yang sama dan konstan pada setiap titik keluaran selang  irigasi menggunakan sistem tetes pada daerah perakaran tanaman. Teknik ini sangat efisi en dalam penggunaan air tetapi hanya cocok untuk budidaya tanaman bernilai ekonomi tinggi.

4) Irigasi Macak-macak di Lahan Sawah 
Petani biasanya menggenangi lahan sawah secara terus-menerus (continous flow) hingga ketinggian air mencapai 15 cm. Irigasi macak-macak adalah teknik pemberian air yang bertujuan membasahi lahan hingga jenuh tanpa tergenangi hingga mencapai ketinggian tertentu. Teknik irigasi ini efisien dalam penggunaan air dibandingkan dengan pengairan secara terus-menerus. Beberapa penelitian menunjukkan hasil tanaman padi yang mendapat irigasi macak-macak tidak berbeda nyata dengan yang mendapat genangan tinggi secara terus-menerus. Penurunan genangan dari 10-15 cm menjadi 5-7 cm selain mengurangi penggunaan air irigasi juga dapat meningkatkan hasil tanaman. Efisiensi penggunaan air berperan penting dalam peningkatan nilai ekonomi produksi pertanian pada lahan beririgasi. Efisi ensi penggunaan air dengan pengairan macak-macak 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penggenangan secara terus-menerus.

5). Irigasi  Bergilir (Rotational Irrigation)
 Irigasi bergilir merupakan te knik pengairan tanaman pada luasan tertentu dan untuk periode tertentu, sehingga areal tersebut menyimpan air yang dapat digunakan hingga periode pengairah berikutnya. Pengairan dengan sistem bergilirtidak menurunkan hasil padi dan bahkan cenderung meningkat.

6). Irigasi Berselang
(Alternate WetlDry Irrigation)  Sistem irigasi berselang merupakan teknik pengairan tanaman pada lahan sawah dengan volume tertentu, dan pengairan berikutnya dilakukan pada periode tertentu pula setelah genangan air surut dapat meningkatkan produktivitas padi, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pengairan secara terus-menerus dan irigasi bergilir.
Dengan irigasi berselang hasil padi meningkat 7% dibanding hasil pada lahan yang digenangi terus menerus, sementara hasil padi  dengan irigasi bergilir meningkat 2%. Kebutuhan air irigasi untuk sistem penggenangan terus-menerus mencapai 725 mm, sedangkan untuk rigasi bergilir dan berselang masing-masing 659 mm dan 563 mm.

Penentuan Waktu Tanam dan Kebutuhan Air Irigasi
Penetapan waktu tanam diperlukan untuk m engantisipasi kelangkaan air bagi tanaman. Apabila ketersediaan air terjamin sepanjang t ahun di lokasi yang bersangkutan maka pemanfaatan areal tanam untuk budidaya di luar musim dianjurkan guna meningkatkan nilai tambah usaha tani.
Jadwal dan volume air irigasi diterapkan  berdasarkan estimasi kebutuhan air tanaman menurut metode FAO. Kebutuhan riil air tanaman dapat diketahui dari kebutuhan air pada periode defisit yang ditandai oleh nis bah evapotranspirasi aktual (ETA) dengan evapotranspirasi potensial (ETP)  < 0,80. Apabila ETA/ETP mendekati satu berarti tanaman efektif menggunakan air dan hasilnya tinggi. Sebaliknya, apabila ETA/ETP kurang dari 0,80 berarti tanaman mengalami kekurangan air  sehingga berdampak terhadap penurunan hasil.

Sumber :Prof. Irsal Las - Kepala Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian
(SINAR TANI Edisi 5 - 11 Desember 2007)

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 
free counters
>

Copyright © 2012. Elang Biru - All Rights Reserved B-Seo Versi 5 by Blog Bamz