|
||||||||||
Penyakit Bopeng yang dikenal sebagai
perusak penampilan ternyata tidak hanya menyerang manusia saja namun juga
dapat menyerang tanaman terutama tem-bakau. Tentu saja penyebab, bentuk serta
gejalanya antar kedua penyakit tersebut berlainan. Serangan pada daun
tembakau tentu saja lebih parah karena selain mengganggu penampilan daun juga
menyebabkan mutu tembakau menurun yang akibatnya tidak bisa dijual. Penyakit
bopeng atau bercak daun atau patik yang menyerang tanaman tembakau ini
disebabkan oleh jamur Cercospora nicotianae. Sebagai informasi, jamur Cercospora
nicotianae ini telah menyebar dan terdapat di semua daerah penanaman tembakau
di seluruh dunia. Jadi, resiko tanaman tembakau terserang penyakit bopeng
cukup besar bila tidak dilakukan pencegahan dan pengendalian. Keberadaan
jamur ini terutama sangat merugikan bila ada di daerah tropika yang cuacanya
panas dan lembab. Penyakit ini pertama kali ditemukan dan dilaporkan oleh
Ellis dan Everheart pada tahun 1893 di Carolina Utara. Kini penyakit tersebut
telah menyebar ke berbagai sentra tanaman tembakau seiring dengan penyebaran
tanaman tersebut.
Berbagai macam istilah yang digunakan
untuk menamai penyakit tersebut. Di daerah Sumatra Utara, penyakit ini
dikenal dengan bopeng dan bila tembakau tersebut telah sampai di gudang maka
disebut dengan “bopeng hijau”. Orang Jawa menyebutnya Patik, orang Inggris
menamakan Frogeye dan Orang Belanda menyebutnya Spikkel. Apapun itu namanya,
tetaplah merujuk pada satu penyakit yaitu bercak daun pada daun tembakau.
Meskipun pada tembakau Virginia dan tembakau rajangan adanya
penyakit tersebut pengaruhnya tidak terlalu besar pada mutu, namun lain
halnya bila menyerang pada tembakau cerutu. Hal ini erat kaitannya dengan
proses pembuatan cerutu yang memerlukan daun tembakau sebagai pembalut.
Pembalut cerutu haruslah benar-benar berkualitas dalam arti tidak terdapat
bercak-bercak, tidak berlubang maupun koyak, warna yang merata dan seragam
(tidak belang-belang), tipis dan elastis. Sekitar tahun 1998, imbas penyakit
bercak daun ini sangat terasa terutama bagi para petani yang menanam tembakau
cerutu di daerah Sumatera dan Jawa, dimana akibat serangan penyakit tersebut
cukup banyak daun tembakau yang dipanen/dihasilkan tidak diterima oleh pasar
lokal maupun ekspor karena mutunya sangat jelek dan rusak.
Gejala
Tidak sulit bagi kita mengidentifikasi/mengenali ciri-ciri pada daun tanaman tembakau yang telah terkena penyakit ini. Daun yang sakit mempunyai bercak-bercak merah kecoklatan melingkar yang garis tengahnya dapat mencapai 2 – 15 mm. Mula-mula bercak berwarna coklat lalu menjadi kering dan berwarna putih dengan tepi coklat yang akhirnya bagian ini pecah dan berlubang. Bila kita perhati-kan lebih jauh pada te-ngah-te-ngah bercak tersebut akan terdapat titik-titik hitam yang sangat halus. Titik –titik tersebut merupakan kumpulan konidiofor jamur. Cercospora nicotianae ini ternyata dapat berkembang sejak di pembibitan, tanaman di lapangan bahkan setelah daun dipetik dan selama proses pengeringan daun di bangsal/gudang. Hal ini berarti jamur tersebut tidak hanya membahayakan tanaman tembakau pada fase tertentu saja, namun juga mulai pembibitan hingga pasca panen.
Bercak-bercak tersebut biasanya muncul
pada daun-daun bawah atau daun tua dan daun-daun yang telah matang, karena
daun-daun ini lebih rentan dari pada daun-daun yang masih muda. Meskipun
demikian bila cuaca lembab dan kondisi alam mendukung untuk perkembangan
jamur serta penyebaran penyakit sudah meluas, maka serangan bercak daun dapat
terjadi juga pada daun yang masih muda. Warna bercak Cercospora ini pun tidak
selalu coklat kemerahan saja karena seperti halnya Di Deli, daun tembakau
yang terserang Cescospora yang gejalanya bercak putih juga menyebabkan
penyakit bopeng. Bercak putih tersebut dinamakan bopeng putih.
Penyebaran penyakit ini sangat mudah. Sebagai contoh bila konidia Cercospora jatuh pada daun tembakau yang akan dipetik dan konidia ini melekat pada daun yang akan dibawa ke gudang, maka konidia tersebut masih mampu berkembang pada daun tembakau di dalam gudang. Udara diantara daun-daun yang lebab di gudang yang sangat lembab ini sangat cocok untuk perkembangan jamur, sehingga pada daun yang telah kering akan terbentuk bercak-bercak coklat kehijauan yang seringkali disebut “bercak gudang” atau “bopeng hijau”.
Penyakit bopeng ini dapat berkembang bila
pemetikan daun terlambat dilakukan sehingga daun sudah dalam kondisi terlalu
matang. Semakin tua daun maka semakin besar resikonya atau semakin rentan
untuk diinfeksi oleh jamur Cercospora nicotianae. Penyakit bopeng akan sangat
cepat meluas bila kondisi alam mendukung yaitu bila kelembaban udara di areal
tanaman tembakau cukup tinggi hasilnya karena curah hujan dan suhu udara yang
tinggi.
Jamur Cescospora nicotianae dalam
klasifikasinya termasuk klas Hyphomycetes, Ordo : Miniliales, Famili :
Moniliaceae, Genus : Cercospora dengan spesies Cescospora nicotianae. Jamur
Cescospora nicotianae mempunyai konidiofor berwarna coklat yang
bersekat-sekat dengan ukuran 20 sampai 600 x 5 um. Konidiofornya berbentuk
panjang, agak membengkok dan mempunyai sekat yang banyak serta tidak berwarna
(hyalin). Konidia mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu sekitar 25 hingga
370 x 6.1 um, tergantung media dan suhunya.
Jamur ini menginfeksi tanaman melalui
mulut daun tembakau (stomata). Untuk dapat berkecambah konidia membutuhkan
air. Konidia dapat disebarkan melalui angin ataupun percikan air. Sporulasi
jamur pada permukaan daun terjadi pada suhu 18 – 27oC.
Jamur Cescospora nicotianae ini dapat mempertahankan diri dalam waktu yang lama pada sisa-sisa tanaman tembakau, misalnya batang atau daun yang sudah kering. Bahkan bila melekat pada biji tembakau, jamur ini dapat hidup sampai satu tahun lamanya. Konidia dapat juga mempertahankan diri dalam tanah yang halus seperti debu hitam. Tidak hanya tembakau saja yang menjadi inang namun Cescospora nicotianae mampu menjadikan tanaman seperti terong, cabai, kecubung dan masih banyak lagi sebagai inang alternatif sebelum menyerang tanaman tembakau yang berada di dekatnya. Pengendalian Berbicara soal pengendalian maka kita harus kembali pada bagaimana kita mengenali lebih jauh musuh kita. Karena musuh kita adalah jamur Cescospora nicotianae, maka langkah yang harus dilakukan adalah mencegah agar jamur tersebut tidak segera menyebar. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah dan mengendalikan jamur Cescospora nicotianae ini antara lain : 1. Melakukan pembersihan sisa-sisa tanaman tembakau yang telah dipanen sehabis tanam. Dengan usaha sanitasi ini maka diharapkan jamur Cescospora nicotianae yang memiliki kemampuan dormasi tersebut tidak mempunyai kesempatan mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman. 2. Melakukan pemeriksaan pembibitan tembakau yang akan ditanam terhadap gejala penyakit bopeng secara berkala dan intensif. Apabila saat itu terdapat bibit yang mulai menunjukkan gejala terserang bopeng, maka saat itu pula langsung dimusnahkan. 3. Daun-daun yang telah terkena penyakit bopeng agar segara dipetik supaya tidak menjadi sumber penular bagi daun lainnya. 4. Untuk menjaga agar jamur tidak melekat pada biji tembakau, maka disarankan agar benih tembakau yang akan digunakan untuk bibit sebaiknya disimpan dalam botol yang tertutup rapat, ditempatkan dalam tabung yang diberi kapur barus selama setahun lebih untuk menghindari perkembangan sporanya. 5. Bila sudah saatnya panen maka daun harus segera dikutip. Sebaiknya kita menghindari untuk menunda-nuda pemetikan daun terutama bila cuaca berubah dari panas ke dingin karena semakin lama kita menunda maka resiko terserang semakin besar karena jamur Cescospora nicotianae sangat menyukai daun-daun yang telah matang meskipun tidak menutup kemungkinan mereka juga menyerang daun muda. 6. Jangan membiarkan satu titik Cescospora nicotianae pada daun di lapangan dalam waktu lama. Bila terlihat harus segera dipetik atau dipotong sehingga tidak menyebarkan spora ke daun lain atau terbawa hingga ke bangsal/gudang fermentasi. 7. Bila sudah terjadi serangan namun dalam skala rendah maka pengendaliannya dapat dilakukan dengan memberikan fungisida bahan aktif tembaga hidroksida seperti Victory 80WP yang bergantian dengan Kocide 50WDG. Tindakan preventif menggunakan fungisida juga dapat dilakukan sejak pembibitan hingga panen. Karena saat ini banyak beredar fungisida kontak juga sistemik, untuk menjaga resistensi jamur Cescospora nicotianae terhadap fungisida tersebut sebaiknya penyemprotan dilakukan secara bergantian. (Erwin, Pedoman Tekhnis HPT Tembakau , Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II Medan) |
Friday, June 22, 2012
Bercak Daun
Di Terbitkan oleh duwi siswanto → 1:00:00 AM
Kategory → Bercak Daun » Dasar Perlindungan Tanaman , Pertanian » Elang Biru
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment