Tanaman Kakao termasuk tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon. Di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Tetapi dalam
pembudidayaan tingginya biasanyan dibuat tidak lebih dari 5m tetapi
dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini ditujukan untuk memperbanyak cabang produktif.
Bunga kakao, seperti anggota Sterculiaceae lainnya, keluar langsung dari batang (cauliflorous).
Bunga sempurna berukuran kecil (garis tengah maksimum 3cm),
tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul
dari satu titik tunas.
Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki
sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian,
beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan
menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar
dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari
5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna
buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila
masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia
biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan
pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di
bawah sinar matahari.
Pembibitan tanaman kakao
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 – 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon
Catatan:
Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun
dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan
dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1
liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap
pohon.Jika tanaman sudah produksi maka SUPER NASA diganti dengan POWER NUTRITION
dengan dosis yang sama.Jika lahan sekala luas,dan penyiraman dinilai
merepotkan dan menambah biaya,maka SUPER NASA maupun POWER NUTRITION
bisa dicampur pupuk kimia dan disebarkan merata ke lahan.
Pengendalian Hama & Penyakit
Ulat Kilan
( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ),
menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda
tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 – 10 cc
/ liter.
Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ),
ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu
(rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan5 berwarna putih
atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman.
Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia
spp, semprot PESTONA.
Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge),
serangan dilakukan silih bergantikarena kedua species ini agak berbeda
siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa
berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun
muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda.
Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari
pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.
Kutu – kutuan ( Pseudococcus lilacinus ),
kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan :
infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya
perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya
mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu
dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit
Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.
Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae).
Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak
dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun,
menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya
tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan
jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan,
semprot dengan PESTONA.
Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ),
menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau
cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur,
serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
Sumber : budidayatanaman
0 comments:
Post a Comment